
“Paparan merkuri bisa menyebabkan konsekuensi kesehatan serius,” kata Dr. Charles Lee. Peringatan ini terasa sangat relevan jika melihat tren penggunaan produk pemutih kulit yang semakin digemari. Hingga kini, Banyak orang masih menganggap kulit cerah sebagai lambang kecantikan. Tidak heran jika produk yang menjanjikan wajah putih bersinar dalam waktu singkat laris di pasaran. Iklan yang menggoda dan testimoni yang terlihat meyakinkan sering membuat orang lupa mengecek kandungan produk yang digunakan.
Fenomena ini mengkhawatirkan karena sebagian skincare ilegal, terutama krim pemutih, masih menggunakan merkuri sebagai bahan aktif. Memang, zat ini bisa memberikan hasil cepat. Namun di balik kilau instannya, tersimpan bahaya besar yang mengancam kulit hingga organ vital. Merkuri bukan sekadar bahan berbahaya, melainkan racun yang bisa mematikan.
Dampak negatifnya berlapis dan dapat dirasakan baik dalam jangka pendek maupun panjang. Berikut beberapa bahaya merkuri yang wajib diwaspadai:
1. Merusak lapisan pelindung kulit
Merkuri menghambat pembentukan melanin, pigmen alami kulit. Hasilnya, kulit tampak lebih cerah dengan cepat, tetapi lapisan pelindung alaminya melemah. Kondisi ini membuat kulit lebih tipis, mudah iritasi, rentan terbakar sinar matahari, dan bahkan bisa mengalami luka permanen.
2. Memicu kerusakan organ dalam
Bahaya merkuri tidak berhenti di permukaan. Zat toksik ini menembus pori-pori kulit dan kemudian ikut bersirkulasi dalam darah. Jika pemakaian berlangsung lama, merkuri akan menumpuk di ginjal dan hati hingga mengganggu fungsinya. Pada kasus berat, kerusakan bisa berujung pada gagal ginjal atau hati.
3. Mengganggu sistem saraf
Merkuri termasuk neurotoksin atau racun yang menyerang saraf. Paparan jangka panjang dapat memicu gangguan memori, tremor, insomnia, hingga perubahan suasana hati. Bahkan ada kasus pengguna kosmetik bermerkuri yang mengalami kesulitan koordinasi tubuh.
4. Berisiko pada ibu hamil dan janin
Ibu hamil sangat rentan terhadap paparan merkuri. Merkuri bisa melewati plasenta dan berpotensi menimbulkan gangguan pada otak janin. Dampaknya, kemungkinan bayi lahir cacat atau mengalami gangguan kognitif. Hal inilah yang membuat BPOM melarang keras peredaran kosmetik bermerkuri.
5. Efek kecanduan kulit
Efek lain yang sering luput disadari adalah ketergantungan. Saat berhenti memakai produk bermerkuri, kulit biasanya tampak kusam, muncul jerawat parah, atau hiperpigmentasi. Kondisi ini membuat banyak orang kembali menggunakan krim berbahaya tersebut, sehingga kerusakan kulit terus berulang.
Keinginan memiliki kulit cerah memang wajar, tetapi risikonya terlalu besar jika ditempuh dengan cara instan. Merkuri perlahan merusak tubuh, dari luar hingga ke dalam, tanpa ampun. Tidak ada hasil cantik yang sepadan dengan ancaman gagal ginjal, kerusakan saraf, atau bahaya serius bagi janin.
Sebagai konsumen, kita harus lebih cerdas dan kritis saat memilih skincare. Belilah hanya produk dengan izin edar resmi dari BPOM, periksa label kandungan, dan jangan mudah tergiur janji hasil instan dengan harga murah. Kesehatan kulit bukan diukur dari pada tingkat kecerahannya, melainkan pada kondisinya yang sehat dan terawat.
Menurut Ahli Dermatovenereologist, Dr. Nenden Sobarna, kosmetik bermerkuri bisa menumpuk di otak, ginjal, dan hati jika digunakan terus menerus. Dalam jangka pendek, efeknya sering terlihat pada kulit yang mengelupas, terasa gatal, dan kemerahan, sebelum akhirnya merkuri masuk ke aliran darah. Pesan ini mengingatkan bahwa perawatan kulit adalah proses yang memerlukan ketelatenan. Dengan konsistensi dan produk yang tepat, kulit akan tetap sehat dan bercahaya. Semua itu berasal dari keputusan yang bijak, bukan dari cara cepat yang berisiko.
Keywords: Merkuri, Merkuri dalam skincare, Bahaya merkuri, Kosmetik bermerkuri, Dampak merkuri, Merkuri dan kerusakan organ tubuh, Efek dari merkuri, Risiko penggunaan merkuri.