General

Stop Buang-buang Waktu Hanya Untuk Mencari Data Pasien!

Setiap harinya, banyak tenaga medis di berbagai fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit, klinik, atau puskesmas, yang menghabiskan banyak waktu untuk mencari data pasien. Masalah ini tidak hanya menghambat efisiensi kerja, tetapi juga dapat berdampak negatif pada kualitas pelayanan dan keselamatan pasien. Penting bagi para tenaga medis untuk menyadari betapa berharganya waktu dalam mengelola informasi pasien. Oleh karena itu, hal ini harus diatasi agar agar sistem pelayanan kesehatan dapat berjalan lebih lancar dan efisien. Salah satu alasan utama mengapa mencari data pasien menjadi tugas yang rumit adalah kurangnya manajemen data yang terorganisir dengan baik. Selain itu, kurangnya standar dan sistematis dalam pengumpulan dan penyimpanan data juga dapat mempersulit upaya mencari informasi data pasien. Terkadang, data pasien juga terpisah di berbagai tempat atau file fisik yang berbeda.  Kondisi ini tentu sangat merugikan. Tenaga medis tidak dapat fokus memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien karena harus disibukkan dengan urusan administrasi. Hal ini juga dapat meningkatkan risiko kesalahan medis. Bayangkan, ketika tenaga medis menghabiskan waktu berlebihan untuk mencari data pasien, itu berarti sedikit waktu yang dapat dihabiskan untuk berfokus pada perawatan dan pengobatan pasien. Padahal dalam dunia medis, waktu merupakan hal yang sangat berharga. Setiap waktu yang terbuang dapat berdampak pada kesehatan dan keselamatan pasien. Namun, seringkali waktu para tenaga medis terbuang sia-sia hanya untuk mencari data pasien. Ingat, setiap detik itu sangat berarti!  Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan pendekatan yang terstruktur dan solusi yang efektif. Salah satu solusi inovatif bagi setiap fasilitas kesehatan adalah menggunakan RME (Rekam Medis Elektronik). RME (Rekam Medis Elektronik) memungkinkan tenaga medis dapat dengan cepat mengakses informasi pasien dari sistem terpusat. Informasi pasien dapat diakses berdasarkan nama, nomor identitas, nomor rekam medis, dan lainnya. Sehingga memastikan data yang dicari dapat ditemukan dengan akurat. Lalu, data medis juga dapat diakses dalam hitungan detik. Tidak lagi ada kebutuhan untuk mencari berkas fisik atau berkoordinasi dengan bagian arsip yang memakan waktu. Oleh karena itu, dalam rangka mencapai standar pelayanan kesehatan yang lebih baik, tidak boleh ada lagi pemborosan waktu untuk mencari data pasien. Penerapan RME (Rekam Medis Elektronik) yang terintegrasi menjadi sangat penting dalam meningkatkan efisiensi, keselamatan pasien, dan kepuasan pasien. Dengan cara ini, setiap langkah pelayanan kesehatan dapat diarahkan sepenuhnya pada perawatan pasien. Ayo, seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia segera beralih ke penggunaan RME (Rekam Medis Elektronik) dengan bergabung dalam ekosistem periksa.id! Jangan khawatir, periksa.id sudah terdaftar di KOMINFO serta terintegrasi dengan SATUSEHAT dan BPJS untuk memberikan layanan yang lebih baik! Hubungi kami di +62 851 7235 4212 untuk info lebih lanjut ikuti kami di: Instagram: periksa.id Facebook: periksa.id LinkedIn: periksa.id Youtube: Cerita Periksa

Stop Buang-buang Waktu Hanya Untuk Mencari Data Pasien! Read More »

WHO Tetapkan Kesepian Jadi Ancaman Kesehatan Global

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan penegasannya terhadap dampak serius kesepian terhadap kesehatan global. Kesepian, yang sering dianggap sebagai masalah psikologis atau sosial semata, kini diakui sebagai ancaman kesehatan yang perlu diperhatikan secara serius. Kesepian bukanlah hanya sekedar perasaan kesendirian; itu adalah kondisi yang dapat memengaruhi kesejahteraan fisik dan mental seseorang. Kesepian itu bisa dialami oleh siapa saja, tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau latar belakang sosial ekonomi. Tapi, kesepian lebih sering dialami oleh orang-orang yang tinggal sendiri, memiliki hubungan sosial yang terbatas, atau mengalami kondisi kesehatan kronis. Kesepian dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk migrasi, urbanisasi, penuaan, dan perubahan gaya hidup. Pandemi COVID-19 juga telah memperburuk masalah kesepian, karena pembatasan sosial telah membuat orang menjadi lebih terisolasi. WHO menyatakan bahwa kesepian memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan fisik dan mental. Orang yang kesepian memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung, stroke, depresi, dan gangguan kecemasan. Mereka juga memiliki risiko lebih tinggi meninggal lebih awal. Dikutip dari laman CNN Indonesia, Menurut ahli bedah umum AS, dampak kesepian pada kesehatan mental sama berbahayanya dengan merokok 15 batang rokok sehari. Untuk mengatasi masalah kesepian, WHO telah meluncurkan Komisi Hubungan Sosial. Komisi ini akan bekerja selama 3 tahun ke depan untuk mengatasi ancaman kesehatan dari epidemi kesepian global. Berikut adalah beberapa cara untuk mengurangi kesepian: Salah satu cara terbaik untuk mengatasi kesepian adalah dengan meningkatkan interaksi sosial. Kamu bisa bergabung dengan kelompok atau komunitas, atau mengikuti kegiatan sosial seperti volunteering atau menjadi sukarelawan. Melakukan kegiatan sosial juga bisa membantu mengurangi kesepian. Kegiatan sosial bisa memberikan Kamu kesempatan untuk bertemu dengan orang baru dan menjalin hubungan.  Teman dan keluarga bisa menjadi sumber dukungan yang penting untuk mengatasi kesepian. Kamu bisa meluangkan waktu untuk bertemu dengan mereka, atau sekadar mengobrol melalui telepon atau media sosial. Jika kesepian yang Kamu alami sangat parah, Kamu bisa mencari bantuan profesional dari terapis atau psikolog. Terapis bisa membantu Kamu untuk memahami penyebab kesepian dan cara mengatasinya. Kesepian adalah masalah yang serius yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatan. Penting untuk menyadari masalah ini dan mengambil langkah untuk mengatasinya. Jika Kamu merasa kesepian, jangan ragu untuk meminta bantuan karena ada banyak orang yang peduli dan ingin membantu Kamu merasa lebih baik! Untuk info-info menarik lain seputar kesehatan, ikuti media sosial periksa.id yuk! Instagram: periksa.id Facebook: periksa.id LinkedIn: periksa.id Youtube: Cerita Periksa

WHO Tetapkan Kesepian Jadi Ancaman Kesehatan Global Read More »

Tambah Keseruan Bekerjamu dengan Periksa Koinku

Sebagai tenaga kesehatan, kamu tentu sudah terbiasa bekerja keras dan berdedikasi tinggi untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pasien. Tak hanya itu, kamu juga harus mengikuti berbagai tantangan dan perkembangan terbaru di bidang kesehatan. Melihat semangatmu yang tidak pernah pudar dalam memberikan pelayanan terbaik kepada pasien, periksa.id memahami bahwa penghargaan dan apresiasi adalah hal yang penting. Untuk mengapresiasi kerja kerasmu, periksa.id menghadirkan program loyalitas bernama Periksa Koinku. Program ini dirancang untuk memberikan apresiasi kepada tenaga kesehatan atas kerja keras dan dedikasi mereka dalam melayani pasien. Program ini dirancang khusus untuk tenaga kesehatan yang menggunakan aplikasi sistem manajemen informasi periksa.id melalui website.  Selain menambah keseruan bekerja, Periksa Koinku juga bisa membantumu memenuhi kebutuhanmu. Dengan koin-koin yang berhasil kamu kumpulkan, kamu bisa mendapatkan pulsa ataupun paket kuota! Jadi, tunggu apalagi? Yuk, mulai kumpulkan koin periksa sekarang juga! Berikut adalah cara mengumpulkannya: Semakin rajin, semakin untung dengan periksa koinku!  Dengan Periksa Koinku, tidak hanya keseruan bekerja yang meningkat, tetapi juga apresiasi yang layak kamu terima. Koin-koin yang berhasil kamu kumpulkan bukan hanya bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pribadimu, tetapi juga dapat menjadi indikator rajinmu di mata atasan. Semoga program Periksa Koinku ini tidak hanya menjadi tambahan nilai dalam pekerjaanmu, tetapi juga menjadi sumber motivasi untuk terus memberikan yang terbaik dalam dunia kesehatan.  Jadi, teruskan semangat dan raih keseruan bekerja dengan Periksa Koinku! Hubungi kami di +62 851 7235 4212 untuk info lebih lanjut ikuti kami di: Instagram: periksa.id Facebook: periksa.id LinkedIn: periksa.id Youtube: Cerita Periksa

Tambah Keseruan Bekerjamu dengan Periksa Koinku Read More »

Pro dan Kontra Penyebaran Nyamuk Wolbachia di Indonesia

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia, dengan jumlah kasus yang terus meningkat setiap tahunnya. Salah satu upaya untuk mengendalikan DBD adalah dengan menyebarkan nyamuk Aedes aegypti yang telah diinfeksi bakteri Wolbachia. Dikutip dari laman CNN Indonesia, wolbachia adalah bakteri alami yang sering ditemukan pada serangga, terdapat pada lebih dari 60% serangga, termasuk capung, kupu-kupu, dan ngengat. Bakteri wolbachia ini dapat menyebabkan nyamuk Aedes aegypti menjadi tidak mampu menularkan virus dengue. Di Indonesia, uji coba penyebaran nyamuk Wolbachia telah dilakukan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul pada tahun 2022. Selanjutnya, di tahun 2023, penyebaran nyamuk Wolbachia akan dilakukan di lima kota, yaitu Bontang, Kupang, Jakarta Barat, Bandung, dan Semarang. Meskipun demikian, penyebaran nyamuk Wolbachia juga menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Berikut adalah beberapa argumen yang mendukung dan menentang penyebaran nyamuk Wolbachia: Pro Penyebaran Nyamuk Wolbachia Berdasarkan informasi dari Kemenkes RI, berikut adalah fakta-faktanya: Kontra Penyebaran Nyamuk Wolbachia Pemerintah Indonesia telah melakukan uji coba penyebaran nyamuk Wolbachia di beberapa wilayah. Uji coba ini masih berlangsung dan hasilnya akan menjadi pertimbangan pemerintah untuk memutuskan apakah akan menerapkan metode ini secara luas atau tidak. Penyebaran nyamuk Wolbachia merupakan metode yang menjanjikan untuk mengendalikan penyebaran DBD. Namun, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan bahwa metode ini aman dan efektif dalam jangka panjang. Selain itu, perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang metode ini agar masyarakat dapat memahami manfaat dan risikonya. Untuk info-info menarik lain seputar kesehatan, ikuti media sosial periksa.id yuk! Instagram: periksa.id Facebook: periksa.id LinkedIn: periksa.id Youtube: Cerita Periksa

Pro dan Kontra Penyebaran Nyamuk Wolbachia di Indonesia Read More »

Zaman Sekarang: Anti Ribet Pakai Rekam Medis Elektronik!

Pada zaman dulu,  rekam medis dibuat secara manual dengan menggunakan kertas. Hal ini tentu saja membutuhkan banyak waktu dan tenaga untuk menyimpan dan mengelolanya. Selain itu, rekam medis manual juga rentan hilang atau rusak. Seiring dengan perkembangan teknologi, rekam medis kini mulai beralih menjadi berbasis elektronik. Dengan RME (Rekam Medis Elektronik), informasi kesehatan dapat diakses jadi lebih praktis dan cepat.  RME memiliki banyak keunggulan dibandingkan rekam medis manual, antara lain: RME (Rekam Medis Elektronik) dapat diakses secara cepat dan mudah oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Hal ini karena RME (Rekam Medis Elektronik) dapat disimpan dan diolah secara digital. Selain itu, RME (Rekam Medis Elektronik) juga lebih akurat karena tidak rentan hilang atau rusak. Integrasi RME (Rekam Medis Elektronik) dengan sistem informasi kesehatan lainnya memungkinkan data kesehatan pasien dapat diakses secara real-time oleh tenaga kesehatan yang berwenang. Hal ini dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, karena tenaga kesehatan dapat memberikan perawatan yang lebih akurat dan tepat waktu. RME (Rekam Medis Elektronik) dapat dilindungi dengan sistem keamanan yang ketat. Hal ini untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau pencurian data pasien. Di Indonesia, integrasi RME (Rekam Medis Elektronik) dengan sistem informasi kesehatan lainnya telah menjadi prioritas pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis. Pemerintah mewajibkan semua fasilitas kesehatan di Indonesia untuk menerapkan RME (Rekam Medis Elektronik) dan harus terintegrasi dengan SATUSEHAT paling lambat tanggal 31 Desember 2023.  Bagaimana kalau belum menerapkannya? Jika fasilitas kesehatan belum menerapkan rekam medis elektronik hingga batas waktu tersebut, maka akan dikenakan sanksi administratif. Sanksi yang dikenakan berupa teguran tertulis dan/atau rekomendasi pencabutan atau pencabutan status akreditasi terhadap fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, tidak ada alasan lagi untuk tidak menggunakan RME. RME merupakan solusi yang tepat untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Jadi tunggu apalagi? Yuk, buruan beralih dari Rekam Medis Manual ke Rekam Medis Elektronik bersama periksa.id! Hubungi kami di +62 851 7235 4212 untuk info lebih lanjut ikuti kami di: Instagram: periksa.id Facebook: periksa.id LinkedIn: periksa.id Youtube: Cerita Periksa

Zaman Sekarang: Anti Ribet Pakai Rekam Medis Elektronik! Read More »

Berapa Kebutuhan Kalori per Hari? Yuk, Cari Tahu!

Apakah kamu pernah bertanya-tanya berapa banyak kalori yang seharusnya kamu konsumsi setiap hari? Pertanyaan ini sangat penting karena dengan mengetahui berapa kebutuhan kalori, kamu dapat membantu mengelola pola makanmu dengan lebih baik dan mencapai keseimbangan yang sehat. Kalori adalah unit energi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan fungsi-fungsinya, seperti bernapas, bergerak, dan berpikir. Kebutuhan kalori per hari setiap orang berbeda-beda, tergantung pada beberapa faktor, yaitu: Selain itu, kebutuhan kalori yang tidak terpenuhi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti: Cara Menghitung Kebutuhan Kalori Harian yang Tubuh Kamu Butuhkan Nah, ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan kalori harian. Berdasarkan informasi dari laman P2PTM Kemenkes RI, ini dia rumus yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan kalori harian kamu: BBI=(TB-100) – (10% Dari hasil TB – 100 ) Untuk laki-laki = 30 kkal x BBI Untuk perempuan = 25 kkal x BBI Setelah kamu mengetahui berapa kebutuhan kalori harian yang dibutuhkan, kamu dapat merencanakan pola makan dengan lebih baik. Pastikan untuk mencakup berbagai jenis makanan yang seimbang dan menyediakan nutrisi yang kamu butuhkan. Ingatlah bahwa kualitas makanan juga penting, bukan hanya jumlah kalori. Maka, pilihlah makanan sehat seperti sayuran, buah-buahan, sumber protein berkualitas, dan lemak sehat. Yuk, hitung kebutuhan kalori tubuhmu agar dapat mengelola pola makan dan mencapai tujuan kesehatan dengan lebih efektif! Untuk info-info menarik lain seputar kesehatan, ikuti media sosial periksa.id yuk! Instagram: periksa.id Facebook: periksa.id LinkedIn: periksa.id Youtube: Cerita Periksa

Berapa Kebutuhan Kalori per Hari? Yuk, Cari Tahu! Read More »

Katanya Gen Z jadi Generasi Paling Stres? Benarkah?

Gen Z, generasi yang lahir pada rentang tahun 1997-2012 , telah menjadi subjek perbincangan intens terkait tingkat stres yang mereka hadapi. Gen Z tumbuh dalam era digital yang dinamis, di mana teknologi terus berkembang dengan cepat. Akses instan ke informasi dan interaksi online telah menciptakan lingkungan yang modern, memberikan peluang namun juga menimbulkan tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pertanyaan mendasar adalah apakah Gen Z benar-benar menghadapi tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan generasi sebelumnya? Berdasarkan beberapa survei, Gen Z memiliki tingkat stres yang lebih tinggi daripada generasi-generasi sebelumnya, seperti milenial dan generasi X. Mengutip dari laman tempo.co, sekitar 70% remaja dari berbagai latar belakang, termasuk ras, jenis kelamin, dan tingkat pendapatan keluarga, merasa cemas dan depresi, hal ini berdasarkan hasil riset dari Pew Research Center. Selain itu, sebuah riset yang dilakukan oleh  American Psychological Association, hanya 45% dari Gen Z yang bisa dibilang punya kesehatan mental yang baik atau sangat baik. Lalu, apa yang membuat Gen Z menjadi generasi yang paling stres? Berdasarkan data dari Dataindonesia.id, ada beberapa faktor yang menyebabkan Gen Z jadi lebih rentan stres, antara lain: Gen Z tumbuh di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil. Mereka menyaksikan krisis ekonomi global dan pandemi Covid-19. Hal ini membuat mereka khawatir tentang masa depan mereka, terutama dalam hal pekerjaan dan keuangan. Gen Z tumbuh di era persaingan yang ketat, dituntut untuk memiliki pendidikan yang tinggi dan keterampilan yang mumpuni agar bisa bersaing di dunia kerja. Hal ini dapat menimbulkan stres dan kecemasan, terutama jika mereka merasa tidak mampu memenuhi tuntutan tersebut. Media sosial dapat menjadi sumber stres bagi Gen Z. Mereka sering membandingkan diri dengan orang lain di media sosial, yang dapat membuat mereka merasa tidak puas dengan diri sendiri. Gen Z sering membandingkan diri dengan teman-teman mereka. Mereka merasa minder jika teman-teman mereka lebih sukses daripada mereka. Hal ini dapat menimbulkan stres dan kecemasan. Gen Z sering merasa kesepian karena mereka menghabiskan banyak waktu di media sosial dan kurang berinteraksi dengan orang-orang di dunia nyata. Kesepian ini dapat meningkatkan risiko stres dan kecemasan. Tapi siapa sangka, dibalik jadi generasi yang paling stres, ternyata Gen Z justru lebih peduli dengan kesehatan mental. Mengutip dari laman tempo.co,  Sekitar 37% dari Gen Z pernah mengunjungi psikolog atau psikiater. Angka ini lebih tinggi daripada generasi milenial dan generasi X. Hal ini menunjukkan bahwa Gen Z lebih terbuka dan sadar akan pentingnya kesehatan mental. Mereka tidak ragu untuk meminta bantuan profesional jika mengalami masalah kesehatan mental. Ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab Gen Z lebih peduli dengan kesehatan mental, seperti halnya Gen Z tumbuh di era yang lebih terbuka tentang kesehatan mental. Mereka lebih sering mendengar tentang masalah kesehatan mental dan pentingnya mencari bantuan profesional. Selain itu, media sosial juga dapat berperan dalam meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental. Karena Gen Z sering melihat konten tentang kesehatan mental di media sosial, yang dapat membuat mereka lebih memahami masalah kesehatan mental. Untuk mengatasi tekanan hidup Gen Z, diperlukan perhatian pada kesehatan mental, dukungan sosial, dan pendekatan holistik. Dengan pemahaman dan dukungan yang tepat, mereka dapat mengelola stres dan membangun dasar yang kuat untuk masa depan! Untuk info-info menarik lain seputar kesehatan, ikuti media sosial periksa.id yuk! Instagram: periksa.id Facebook: periksa.id LinkedIn: periksa.id Youtube: Cerita Periksa

Katanya Gen Z jadi Generasi Paling Stres? Benarkah? Read More »

Kamu Takut Gemuk? Awas Obesophobia!

Ketakutan terhadap kegemukan atau obesophobia adalah fenomena yang mungkin tidak banyak disadari oleh banyak orang. Meskipun kekhawatiran terhadap kesehatan adalah hal yang wajar, namun obsesi berlebihan terhadap berat badan bisa menjadi masalah serius yang memengaruhi kesejahteraan mental dan fisik seseorang. Apa itu Obesophobia? Obesophobia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan ketakutan yang berlebihan terhadap kegemukan atau berat badan yang berlebihan. Orang dengan obesophobia seringkali memiliki pemikiran dan perasaan negatif tentang berat badan mereka, dan mereka mungkin menghindari situasi atau aktivitas yang membuat mereka merasa tidak nyaman dengan berat badan mereka. Kondisi ini dapat memicu perilaku yang tidak sehat, seperti diet yang ekstrem, olahraga berlebihan, atau bahkan isolasi sosial karena kekhawatiran tentang penilaian orang lain. Munculnya Obesophobia Obesophobia seringkali muncul karena tekanan sosial dan norma kecantikan yang diterima di masyarakat. Media, iklan, dan pandangan masyarakat yang idealis terhadap tubuh seringkali menciptakan standar yang tidak realistis. Kondisi ini dapat menciptakan rasa tidak aman dan kecemasan terhadap berat badan. Gejala Obesophobia Gejala obesophobia dapat bervariasi dari orang ke orang. Mengutip dari laman IDN Times, ini dia gejala umum dari obesophobia yang biasanya terjadi: Bagaimana Mengatasi Obesophobia? Obesophobia adalah gangguan yang nyata dan dapat berdampak signifikan pada kehidupan seseorang. Jika Kamu takut gemuk, cobalah untuk mengubah pola hidupmu, seperti makan makanan sehat dan bergizi, serta olahraga secara rutin. Selain itu, bersikaplah positif terhadap diri sendiri dan tubuhmu, fokus pada kesehatan bukan pada berat badanmu, cari dukungan dari teman dan keluarga.  Yang terpenting jangan membandingkan diri dengan orang lain.  Maka, penting untuk mencintai diri Kamu sendiri apa adanya dan fokus pada kesehatan. Dengan begitu, Kamu dapat mengurangi ketakutan dan kecemasan tentang kegemukan. Kamu juga akan lebih mungkin untuk menjalani hidup yang bahagia dan sehat! Untuk info-info menarik lain seputar kesehatan, ikuti media sosial periksa.id yuk! Instagram: periksa.id Facebook: periksa.id LinkedIn: periksa.id Youtube: Cerita Periksa

Kamu Takut Gemuk? Awas Obesophobia! Read More »

Awas Kena Sanksi, Faskes Harus Pakai Rekam Medis Elektronik!

Saat ini, penggunaan Rekam Medis Elektronik (RME) menjadi suatu keharusan, terutama bagi Fasilitas Kesehatan (Faskes). Penerapan RME di Faskes memiliki dampak besar tidak hanya terhadap efisiensi pelayanan kesehatan, tetapi juga untuk mematuhi regulasi yang berlaku. Hati-hati, karena ketidakpatuhan dapat berujung pada sanksi yang merugikan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) No. 24 Tahun 2022, seluruh fasilitas kesehatan (faskes) di Indonesia wajib menggunakan Rekam Medis Elektronik (RME) paling lama hingga 31 Desember 2023. Jika tidak, faskes tersebut dapat dikenai sanksi administratif berupa teguran tertulis bahkan pencabutan akreditasi. Pastinya, sanksi tersebut tentu tidak diinginkan oleh faskes. Oleh karena itu, faskes perlu segera mempersiapkan diri untuk menerapkan RME. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan RME dari periksa.id. RME memiliki banyak manfaat bagi faskes, antara lain: RME dari periksa.id sudah sesuai dengan standar PMK No. 24 Tahun 2022. RME ini juga sudah terdaftar di Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) Kominfo.  RME dari periksa.id juga terintegrasi dengan BPJS, Mobile JKN, SATUSEHAT, dan lainnya. Hal ini memudahkan faskes untuk melakukan klaim BPJS Kesehatan dan berbagi data pasien antar-faskes. Selain itu, RME dari periksa.id juga praktis digunakan sehingga dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan. Faskes dapat langsung menggunakan RME tanpa perlu melakukan instalasi atau konfigurasi yang rumit. Terakhir, RME dari periksa.id juga memiliki fitur lengkap dengan harga terjangkau. Faskes dapat memilih paket RME sesuai kebutuhannya. Jika faskes Anda yang belum menerapkan RME, segera beralih ke RME dari periksa.id. Dengan RME dari periksa.id, Anda dapat terhindar dari sanksi dan mendapatkan berbagai manfaat yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Yuk, segera bergabung ke ekosistem periksa.id sekarang juga!

Awas Kena Sanksi, Faskes Harus Pakai Rekam Medis Elektronik! Read More »

Dilema Implementasi RME: Biaya Mahal vs Sanksi Hukum

Rekam Medis Elektronik (RME) telah menjadi bagian integral dari sistem perawatan kesehatan modern. Rekam Medis Elektronik (RME) memiliki banyak keunggulan dibandingkan rekam medis konvensional, seperti kemudahan akses, akurasi data, dan keamanan. Pemerintah Indonesia telah menetapkan kewajiban bagi fasyankes untuk menerapkan Rekam Medis Elektronik (RME) paling lambat pada 31 Desember 2023.  Namun, penerapan Rekam Medis Elektronik (RME) masih menemui tantangan, salah satunya adalah biaya yang cukup mahal. Biaya yang cukup mahal tersebut menjadi salah satu faktor yang menghambat penerapan Rekam Medis Elektronik (RME) di Indonesia. Banyak fasyankes yang masih ragu untuk mengadopsi Rekam Medis Elektronik (RME) karena khawatir tidak mampu membiayainya. Beberapa biaya yang terkait dengan menerapkan Rekam Medis Elektronik (RME) adalah biaya investasi awal dalam perangkat keras dan perangkat lunak, pelatihan staf untuk menggunakan sistem baru, serta pemeliharaan dan peningkatan berkelanjutan. Disisi lain, ada sanksi hukum yang mengancam fasyankes yang tidak menerapkan Rekam Medis Elektronik (RME). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis, fasyankes yang tidak menerapkan RME dapat dikenakan sanksi. Atasi Tantangan Adopsi RME dengan periksa.id Adopsi Rekam Medis Elektronik (RME) oleh fasyankes adalah langkah penting menuju efisiensi perawatan pasien yang lebih baik. Namun, biaya tinggi yang terkait dengan implementasi RME dapat menjadi hambatan utama. Untuk mengatasi tantangan ini, periksa.id dapat menjadi solusi yang tepat untuk membantu fasyankes mengintegrasikan Rekam Medis Elektronik (RME) dengan lebih efisien.  Berikut adalah beberapa keunggulan periksa.id yang dapat membantu fasyankes mengatasi tantangan biaya penerapan Rekam Medis Elektronik (RME): Dengan periksa.id, fasyankes dapat menerapkan RME dengan lebih mudah, cepat, dan terjangkau. Hal ini akan membantu fasyankes untuk memenuhi kewajiban penerapan RME dan menghindari sanksi hukum yang akan dikenakan. Tunggu apalagi? Yuk, kolaborasi bareng periksa.id sekarang juga! Hubungi kami di +62 851 7235 4212 untuk info lebih lanjut ikuti kami di: Instagram: periksa.id Facebook: periksa.id LinkedIn: periksa.id Youtube: Cerita Periksa

Dilema Implementasi RME: Biaya Mahal vs Sanksi Hukum Read More »

Scroll to Top