February 21, 2024

Periksa Fakta Sianida di Film Dokumenter “Ice Cold”

Film dokumenter yang berjudul “Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso” yang dirilis di Netflix pada 28 September 2023 lalu sedang ramai diperbincangkan oleh banyak orang. Film ini mengangkat kembali kasus pembunuhan kopi sianida yang menewaskan Wayan Mirna Salihin pada tahun 2016. Yuk, cari tahu lebih lanjut tentang fakta-fakta sianida! Sianida adalah senyawa kimia yang dikenal sebagai racun yang sangat berbahaya bagi manusia. Senyawa ini bersifat racun dan dapat menyebabkan kematian jika terpapar dalam jumlah yang cukup besar. Dilansir dari Times Indonesia, senyawa sianida terdiri dari unsur karbon (C) dan nitrogen (N). Sianida dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, termasuk gas, cairan, dan padatan. Terlepas dari reputasinya yang mengerikan, sianida sebenarnya dapat ditemukan dalam jumlah yang sangat kecil di beberapa makanan sehari-hari yang kita konsumsi loh. Dilansir dari laman Kumparan, ini dia beberapa jenis makanan yang mengandung zat sianida secara alami: Singkong manis memiliki kadar asam sianida lebih rendah dibanding singkong pahit (>50 mg/kg). Hindari singkong pahit dan olahan singkong dengan kadar HCN rendah untuk menghindari keracunan. Jangan konsumsi singkong yang terasa pahit atau berwarna biru. Almond pahit/liar mengandung sianida lebih dari 50 mg/kg, sehingga tidak aman untuk dikonsumsi. Almond manis hanya mengandung sianida 25.2 mg/kg, sehingga aman untuk dikonsumsi asalkan tidak dikonsumsi berlebihan, yaitu tidak lebih dari 3.5 kg dalam satu hari. Biji apel mengandung zat amygdalin yang dapat melepaskan sianida jika dicerna. Namun, jumlah sianida yang dihasilkan tidak berbahaya jika tidak mengonsumsi terlalu banyak, yaitu tidak lebih dari 200 butir biji apel atau sekitar 20 buah apel dalam sehari. Meskipun sianida terdapat dalam beberapa makanan sehari-hari, risiko keracunan sangat rendah jika makanan tersebut dikonsumsi dalam jumlah yang wajar dan diproses dengan benar. Perlu diingat, sianida dapat menyebabkan kematian jika dosisnya melebihi 50-200 mg (untuk jenis hidrogen sianida).  Gejala Keracunan Sianida Gejala keracunan sianida dapat muncul dalam hitungan menit setelah terpapar. Gejalanya meliputi: Selain itu, Keracunan sianida juga bisa menyebabkan perubahan warna kulit menjadi kemerahan bahkan hingga menyebabkan kematian. Namun, jika kamu memiliki kekhawatiran tentang konsumsi sianida dalam makanan sehari-hari atau memiliki gejala keracunan yang mencurigakan, segera hubungi profesional medis. Keamanan makanan tetap menjadi prioritas, dan pengetahuan tentang sianida dalam makanan dapat membantu kita membuat pilihan makanan yang lebih bijak dan sehat! Untuk info-info menarik lain seputar kesehatan, ikuti media sosial periksa.id yuk! Instagram: periksa.id Facebook: periksa.id LinkedIn: periksa.id Youtube: Cerita Periksa

Periksa Fakta Sianida di Film Dokumenter “Ice Cold” Read More »

Awas Kena Sanksi, Faskes Harus Pakai Rekam Medis Elektronik!

Saat ini, penggunaan Rekam Medis Elektronik (RME) menjadi suatu keharusan, terutama bagi Fasilitas Kesehatan (Faskes). Penerapan RME di Faskes memiliki dampak besar tidak hanya terhadap efisiensi pelayanan kesehatan, tetapi juga untuk mematuhi regulasi yang berlaku. Hati-hati, karena ketidakpatuhan dapat berujung pada sanksi yang merugikan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) No. 24 Tahun 2022, seluruh fasilitas kesehatan (faskes) di Indonesia wajib menggunakan Rekam Medis Elektronik (RME) paling lama hingga 31 Desember 2023. Jika tidak, faskes tersebut dapat dikenai sanksi administratif berupa teguran tertulis bahkan pencabutan akreditasi. Pastinya, sanksi tersebut tentu tidak diinginkan oleh faskes. Oleh karena itu, faskes perlu segera mempersiapkan diri untuk menerapkan RME. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan RME dari periksa.id. RME memiliki banyak manfaat bagi faskes, antara lain: RME dari periksa.id sudah sesuai dengan standar PMK No. 24 Tahun 2022. RME ini juga sudah terdaftar di Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) Kominfo.  RME dari periksa.id juga terintegrasi dengan BPJS, Mobile JKN, SATUSEHAT, dan lainnya. Hal ini memudahkan faskes untuk melakukan klaim BPJS Kesehatan dan berbagi data pasien antar-faskes. Selain itu, RME dari periksa.id juga praktis digunakan sehingga dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan. Faskes dapat langsung menggunakan RME tanpa perlu melakukan instalasi atau konfigurasi yang rumit. Terakhir, RME dari periksa.id juga memiliki fitur lengkap dengan harga terjangkau. Faskes dapat memilih paket RME sesuai kebutuhannya. Jika faskes Anda yang belum menerapkan RME, segera beralih ke RME dari periksa.id. Dengan RME dari periksa.id, Anda dapat terhindar dari sanksi dan mendapatkan berbagai manfaat yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Yuk, segera bergabung ke ekosistem periksa.id sekarang juga!

Awas Kena Sanksi, Faskes Harus Pakai Rekam Medis Elektronik! Read More »

Kamu Takut Gemuk? Awas Obesophobia!

Ketakutan terhadap kegemukan atau obesophobia adalah fenomena yang mungkin tidak banyak disadari oleh banyak orang. Meskipun kekhawatiran terhadap kesehatan adalah hal yang wajar, namun obsesi berlebihan terhadap berat badan bisa menjadi masalah serius yang memengaruhi kesejahteraan mental dan fisik seseorang. Apa itu Obesophobia? Obesophobia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan ketakutan yang berlebihan terhadap kegemukan atau berat badan yang berlebihan. Orang dengan obesophobia seringkali memiliki pemikiran dan perasaan negatif tentang berat badan mereka, dan mereka mungkin menghindari situasi atau aktivitas yang membuat mereka merasa tidak nyaman dengan berat badan mereka. Kondisi ini dapat memicu perilaku yang tidak sehat, seperti diet yang ekstrem, olahraga berlebihan, atau bahkan isolasi sosial karena kekhawatiran tentang penilaian orang lain. Munculnya Obesophobia Obesophobia seringkali muncul karena tekanan sosial dan norma kecantikan yang diterima di masyarakat. Media, iklan, dan pandangan masyarakat yang idealis terhadap tubuh seringkali menciptakan standar yang tidak realistis. Kondisi ini dapat menciptakan rasa tidak aman dan kecemasan terhadap berat badan. Gejala Obesophobia Gejala obesophobia dapat bervariasi dari orang ke orang. Mengutip dari laman IDN Times, ini dia gejala umum dari obesophobia yang biasanya terjadi: Bagaimana Mengatasi Obesophobia? Obesophobia adalah gangguan yang nyata dan dapat berdampak signifikan pada kehidupan seseorang. Jika Kamu takut gemuk, cobalah untuk mengubah pola hidupmu, seperti makan makanan sehat dan bergizi, serta olahraga secara rutin. Selain itu, bersikaplah positif terhadap diri sendiri dan tubuhmu, fokus pada kesehatan bukan pada berat badanmu, cari dukungan dari teman dan keluarga.  Yang terpenting jangan membandingkan diri dengan orang lain.  Maka, penting untuk mencintai diri Kamu sendiri apa adanya dan fokus pada kesehatan. Dengan begitu, Kamu dapat mengurangi ketakutan dan kecemasan tentang kegemukan. Kamu juga akan lebih mungkin untuk menjalani hidup yang bahagia dan sehat! Untuk info-info menarik lain seputar kesehatan, ikuti media sosial periksa.id yuk! Instagram: periksa.id Facebook: periksa.id LinkedIn: periksa.id Youtube: Cerita Periksa

Kamu Takut Gemuk? Awas Obesophobia! Read More »

Katanya Gen Z jadi Generasi Paling Stres? Benarkah?

Gen Z, generasi yang lahir pada rentang tahun 1997-2012 , telah menjadi subjek perbincangan intens terkait tingkat stres yang mereka hadapi. Gen Z tumbuh dalam era digital yang dinamis, di mana teknologi terus berkembang dengan cepat. Akses instan ke informasi dan interaksi online telah menciptakan lingkungan yang modern, memberikan peluang namun juga menimbulkan tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pertanyaan mendasar adalah apakah Gen Z benar-benar menghadapi tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan generasi sebelumnya? Berdasarkan beberapa survei, Gen Z memiliki tingkat stres yang lebih tinggi daripada generasi-generasi sebelumnya, seperti milenial dan generasi X. Mengutip dari laman tempo.co, sekitar 70% remaja dari berbagai latar belakang, termasuk ras, jenis kelamin, dan tingkat pendapatan keluarga, merasa cemas dan depresi, hal ini berdasarkan hasil riset dari Pew Research Center. Selain itu, sebuah riset yang dilakukan oleh  American Psychological Association, hanya 45% dari Gen Z yang bisa dibilang punya kesehatan mental yang baik atau sangat baik. Lalu, apa yang membuat Gen Z menjadi generasi yang paling stres? Berdasarkan data dari Dataindonesia.id, ada beberapa faktor yang menyebabkan Gen Z jadi lebih rentan stres, antara lain: Gen Z tumbuh di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil. Mereka menyaksikan krisis ekonomi global dan pandemi Covid-19. Hal ini membuat mereka khawatir tentang masa depan mereka, terutama dalam hal pekerjaan dan keuangan. Gen Z tumbuh di era persaingan yang ketat, dituntut untuk memiliki pendidikan yang tinggi dan keterampilan yang mumpuni agar bisa bersaing di dunia kerja. Hal ini dapat menimbulkan stres dan kecemasan, terutama jika mereka merasa tidak mampu memenuhi tuntutan tersebut. Media sosial dapat menjadi sumber stres bagi Gen Z. Mereka sering membandingkan diri dengan orang lain di media sosial, yang dapat membuat mereka merasa tidak puas dengan diri sendiri. Gen Z sering membandingkan diri dengan teman-teman mereka. Mereka merasa minder jika teman-teman mereka lebih sukses daripada mereka. Hal ini dapat menimbulkan stres dan kecemasan. Gen Z sering merasa kesepian karena mereka menghabiskan banyak waktu di media sosial dan kurang berinteraksi dengan orang-orang di dunia nyata. Kesepian ini dapat meningkatkan risiko stres dan kecemasan. Tapi siapa sangka, dibalik jadi generasi yang paling stres, ternyata Gen Z justru lebih peduli dengan kesehatan mental. Mengutip dari laman tempo.co,  Sekitar 37% dari Gen Z pernah mengunjungi psikolog atau psikiater. Angka ini lebih tinggi daripada generasi milenial dan generasi X. Hal ini menunjukkan bahwa Gen Z lebih terbuka dan sadar akan pentingnya kesehatan mental. Mereka tidak ragu untuk meminta bantuan profesional jika mengalami masalah kesehatan mental. Ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab Gen Z lebih peduli dengan kesehatan mental, seperti halnya Gen Z tumbuh di era yang lebih terbuka tentang kesehatan mental. Mereka lebih sering mendengar tentang masalah kesehatan mental dan pentingnya mencari bantuan profesional. Selain itu, media sosial juga dapat berperan dalam meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental. Karena Gen Z sering melihat konten tentang kesehatan mental di media sosial, yang dapat membuat mereka lebih memahami masalah kesehatan mental. Untuk mengatasi tekanan hidup Gen Z, diperlukan perhatian pada kesehatan mental, dukungan sosial, dan pendekatan holistik. Dengan pemahaman dan dukungan yang tepat, mereka dapat mengelola stres dan membangun dasar yang kuat untuk masa depan! Untuk info-info menarik lain seputar kesehatan, ikuti media sosial periksa.id yuk! Instagram: periksa.id Facebook: periksa.id LinkedIn: periksa.id Youtube: Cerita Periksa

Katanya Gen Z jadi Generasi Paling Stres? Benarkah? Read More »

Berapa Kebutuhan Kalori per Hari? Yuk, Cari Tahu!

Apakah kamu pernah bertanya-tanya berapa banyak kalori yang seharusnya kamu konsumsi setiap hari? Pertanyaan ini sangat penting karena dengan mengetahui berapa kebutuhan kalori, kamu dapat membantu mengelola pola makanmu dengan lebih baik dan mencapai keseimbangan yang sehat. Kalori adalah unit energi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan fungsi-fungsinya, seperti bernapas, bergerak, dan berpikir. Kebutuhan kalori per hari setiap orang berbeda-beda, tergantung pada beberapa faktor, yaitu: Selain itu, kebutuhan kalori yang tidak terpenuhi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti: Cara Menghitung Kebutuhan Kalori Harian yang Tubuh Kamu Butuhkan Nah, ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan kalori harian. Berdasarkan informasi dari laman P2PTM Kemenkes RI, ini dia rumus yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan kalori harian kamu: BBI=(TB-100) – (10% Dari hasil TB – 100 ) Untuk laki-laki = 30 kkal x BBI Untuk perempuan = 25 kkal x BBI Setelah kamu mengetahui berapa kebutuhan kalori harian yang dibutuhkan, kamu dapat merencanakan pola makan dengan lebih baik. Pastikan untuk mencakup berbagai jenis makanan yang seimbang dan menyediakan nutrisi yang kamu butuhkan. Ingatlah bahwa kualitas makanan juga penting, bukan hanya jumlah kalori. Maka, pilihlah makanan sehat seperti sayuran, buah-buahan, sumber protein berkualitas, dan lemak sehat. Yuk, hitung kebutuhan kalori tubuhmu agar dapat mengelola pola makan dan mencapai tujuan kesehatan dengan lebih efektif! Untuk info-info menarik lain seputar kesehatan, ikuti media sosial periksa.id yuk! Instagram: periksa.id Facebook: periksa.id LinkedIn: periksa.id Youtube: Cerita Periksa

Berapa Kebutuhan Kalori per Hari? Yuk, Cari Tahu! Read More »

Faskes Lain Sudah Pakai RME, Faskes Kamu Masih Manual?

Dalam era digital yang terus berkembang, sebagian besar Faskes telah beralih ke penggunaan RME untuk mengoptimalkan layanan kesehatan. Rekam medis elektronik (RME) merupakan sistem pencatatan riwayat kesehatan pasien secara elektronik.  RME telah menjadi kewajiban bagi seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (faskes) di Indonesia, termasuk klinik, praktik dokter mandiri dan lainnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis, faskes wajib menerapkan RME paling lambat pada 31 Desember 2023. Meskipun sudah menjadi kewajiban dan tenggat waktu sudah semakin dekat,  masih banyak faskes yang belum menerapkan RME. Hal ini menimbulkan pertanyaan, mengapa masih belum menerapkannya? Mungkin ada beberapa alasan mengapa masih ada faskes yang masih menggunakan rekam medis manual. Beberapa alasan tersebut antara lain: 1.    Kurangnya anggaran Implementasi RME membutuhkan biaya yang tidak sedikit, mulai dari biaya pengadaan perangkat keras dan lunak, biaya pelatihan staf, dan biaya pemeliharaan sistem. 2.    Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang RME RME merupakan sistem yang kompleks dan membutuhkan pemahaman yang baik tentang teknologi informasi. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang RME dapat menjadi salah satu alasan mengapa faskes belum menerapkannya. 3.    Kekhawatiran terhadap keamanan data Banyak faskes yang khawatir terhadap keamanan data pasien jika menggunakan RME. Mereka khawatir data pasien akan bocor atau disalahgunakan. Meskipun begitu, penerapan RME diharapkan mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi  pelayanan kesehatan di faskes. Oleh karena itu, perlu bagi faskes yang masih menggunakan rekam medis manual untuk memulai proses transisi menuju RME agar sesuai dengan peraturan baru serta dapat meningkatkan mutu layanan kesehatannya. Adopsi RME mampu memberikan berbagai keunggulan, seperti efisiensi, kemudahan, dan layanan yang lebih responsif bagi pasien. Faskes seharusnya melakukan evaluasi terhadap kesiapan mereka dalam mengimplementasikan RME. Untuk faskes yang belum pakai RME, Yuk segera beralih ke RME demi peningkatan pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Tenang, faskes tidak perlu khawatir lagi karena RME periksa.id sudah terintegrasi dengan SATUSEHAT, BPJS, Terdaftar di KOMINFO, dan lainnya. Yuk, segera bergabung di ekosistem periksa.id! Hubungi kami di +62 851 7235 4212 untuk info lebih lanjut ikuti kami di: Instagram: periksa.id Facebook: periksa.id LinkedIn: periksa.id Youtube: Cerita Periksa

Faskes Lain Sudah Pakai RME, Faskes Kamu Masih Manual? Read More »

Mengenal Hoarding Disorder, Kebiasaan Menimbun Barang

Sempat viral di Tiktok sebuah video yang yang menunjukkan kamar kos seorang wanita yang berantakan dan membuat koridor kos banjir. Video ini diunggah oleh akun Tiktok @martasiahaan98. Banyak netizen yang komen dan menduga penghuni kamar tersebut mengidap “Hoarding Disorder”. Sebenarnya apa sih hoarding disorder itu? Yuk simak penjelasan berikut ini. Hoarding disorder adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan kebiasaan menimbun barang-barang, bahkan barang-barang yang tidak berguna atau sudah rusak. Orang dengan hoarding disorder akan merasa kesulitan untuk membuang atau berpisah dengan barang-barang tersebut. Mengutip dari laman Detik.com, ada beberapa gangguan kesehatan mental yang terkait dengan hoarding disorder, yaitu depresi berat, gangguan psikotik seperti skizofrenia, dan Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Beberapa tanda dan gejala hoarding disorder antara lain: Sebenarnya, penyebab hoarding disorder masih belum diketahui secara pasti, tetapi diduga ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami hoarding disorder, antara lain: Pencegahan hoarding disorder dapat dilakukan dengan menyusun dan merapikan barang-barang yang dimiliki, menghilangkan barang yang tidak bermanfaat, serta membatasi jumlah barang yang ditempatkan. Orang dengan hoarding disorder perlu memperoleh pengetahuan tentang metode-metode untuk mencegah tumpukan berlebihan ini, dengan bantuan dari tenaga profesional di bidang kesehatan mental. Jika tidak ditangani, hoarding disorder dapat mengurangi kualitas hidup dan menciptakan permasalahan lain, seperti terisolasi dari lingkungan sekitar, kesulitan dalam membersihkan rumah sehingga meningkatkan risiko kesehatan, serta penurunan produktivitas dalam pekerjaan. Jika kamu atau seseorang yang kamu kenal menunjukkan tanda-tanda suka menimbun barang, jangan langsung self-diagnose dan mengira hal itu merupakan hoarding disorder. Sebaiknya cari bantuan profesional kesehatan mental agar dapat lebih pasti mengetahui apa penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya ya! Untuk info-info menarik lain seputar kesehatan, ikuti media sosial periksa.id yuk! Instagram: periksa.id Facebook: periksa.id LinkedIn: periksa.id Youtube: Cerita Periksa

Mengenal Hoarding Disorder, Kebiasaan Menimbun Barang Read More »

Pahami Work-Life Balance Demi Jaga Kesehatan Mental

Di era modern ini, tuntutan pekerjaan yang semakin tinggi dapat membuat seseorang sulit untuk menyeimbangkan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental seseorang. Salah satu faktor yang berperan penting dalam menjaga kesehatan mental adalah mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, yang sering disebut sebagai “work-life balance“. Apa itu Work-Life Balance? Work-life balance adalah kondisi di mana seseorang dapat menyeimbangkan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadinya. Hal ini berarti seseorang dapat bekerja dengan baik dan produktif, serta memiliki waktu untuk melakukan kegiatan di luar pekerjaan, seperti menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman, melakukan hobi, atau sekadar beristirahat. Maka dari itu, aspek utama dalam tercapainya work-life balance adalah keseimbangan waktu. Pentingnya Work-Life Balance untuk Menjaga Kesehatan Mental Salah satu dampak negatif dari tidak seimbangnya antara pekerjaan dan kehidupan pribadi adalah peningkatan stres. Hal ini karena adanya jam kerja yang tinggi. Keadaan stres kronis bisa meningkatkan penyakit mental seperti:  Maka dari itu, kesehatan mental yang baik sangat penting untuk menunjang kualitas hidup seseorang.  Cara Mencapai Work-Life Balance Ada beberapa tips yang dapat dilakukan untuk menjaga work-life balance, antara lain: Atur jam kerja yang teratur dan sesuai dengan kemampuanmu. Hindari bekerja terlalu lama atau lembur berlebihan. Luangkan waktu untuk beristirahat dan memulihkan energi setelah bekerja. Tentukan hal-hal yang paling penting dalam hidupmu, baik itu pekerjaan, keluarga, teman, hobi, atau lainnya. Prioritaskan waktu dan energimu sesuai dengan nilainya. Setelah mengetahui prioritas, Kamu dapat mulai mengatur waktu dan energi dengan lebih baik. Olahraga dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan mood. Selain untuk mengurangi stres, olahraga juga dilakukan untuk menjaga tubuh tetap bugar. Luangkan waktu untuk berolahraga secara teratur, setidaknya 30 menit setiap hari.  Makanan yang bergizi dapat membantumu tetap sehat dan berenergi sehingga Kamu dapat bekerja lebih efektif. Pastikan mengonsumsi makanan yang kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian dan jangan lupa minum banyak air putih untuk menjaga hidrasi tubuh. Work-life balance adalah hal yang penting untuk dijaga. Yuk, coba untuk mempunyai kehidupan yang lebih seimbang agar dapat menikmati kehidupan dengan lebih baik dan tidak tertekan! Untuk info-info menarik lain seputar kesehatan, ikuti media sosial periksa.id yuk! Instagram: periksa.id Facebook: periksa.id LinkedIn: periksa.id Youtube: Cerita Periksa

Pahami Work-Life Balance Demi Jaga Kesehatan Mental Read More »

Dilema Implementasi RME: Biaya Mahal vs Sanksi Hukum

Rekam Medis Elektronik (RME) telah menjadi bagian integral dari sistem perawatan kesehatan modern. Rekam Medis Elektronik (RME) memiliki banyak keunggulan dibandingkan rekam medis konvensional, seperti kemudahan akses, akurasi data, dan keamanan. Pemerintah Indonesia telah menetapkan kewajiban bagi fasyankes untuk menerapkan Rekam Medis Elektronik (RME) paling lambat pada 31 Desember 2023.  Namun, penerapan Rekam Medis Elektronik (RME) masih menemui tantangan, salah satunya adalah biaya yang cukup mahal. Biaya yang cukup mahal tersebut menjadi salah satu faktor yang menghambat penerapan Rekam Medis Elektronik (RME) di Indonesia. Banyak fasyankes yang masih ragu untuk mengadopsi Rekam Medis Elektronik (RME) karena khawatir tidak mampu membiayainya. Beberapa biaya yang terkait dengan menerapkan Rekam Medis Elektronik (RME) adalah biaya investasi awal dalam perangkat keras dan perangkat lunak, pelatihan staf untuk menggunakan sistem baru, serta pemeliharaan dan peningkatan berkelanjutan. Disisi lain, ada sanksi hukum yang mengancam fasyankes yang tidak menerapkan Rekam Medis Elektronik (RME). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis, fasyankes yang tidak menerapkan RME dapat dikenakan sanksi. Atasi Tantangan Adopsi RME dengan periksa.id Adopsi Rekam Medis Elektronik (RME) oleh fasyankes adalah langkah penting menuju efisiensi perawatan pasien yang lebih baik. Namun, biaya tinggi yang terkait dengan implementasi RME dapat menjadi hambatan utama. Untuk mengatasi tantangan ini, periksa.id dapat menjadi solusi yang tepat untuk membantu fasyankes mengintegrasikan Rekam Medis Elektronik (RME) dengan lebih efisien.  Berikut adalah beberapa keunggulan periksa.id yang dapat membantu fasyankes mengatasi tantangan biaya penerapan Rekam Medis Elektronik (RME): Dengan periksa.id, fasyankes dapat menerapkan RME dengan lebih mudah, cepat, dan terjangkau. Hal ini akan membantu fasyankes untuk memenuhi kewajiban penerapan RME dan menghindari sanksi hukum yang akan dikenakan. Tunggu apalagi? Yuk, kolaborasi bareng periksa.id sekarang juga! Hubungi kami di +62 851 7235 4212 untuk info lebih lanjut ikuti kami di: Instagram: periksa.id Facebook: periksa.id LinkedIn: periksa.id Youtube: Cerita Periksa

Dilema Implementasi RME: Biaya Mahal vs Sanksi Hukum Read More »

Scroll to Top